Foto : Muhammad Rizky, S.Pd.,Gr.,C.ME.,C.LS.,C.SM.,
Kepala Sekolah SMA Unggul Cut Nyak Dhien Kota Langsa dan pemerhati Pendidikan (8/11/24)
Banda Aceh – Sinar Aceh Baru
Banyak Guru yang salah paham (Miss persepsi) perihal Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), perspektif sekolah mayoritas masih banyak me mindset P5 masih berbasis produk, Padahal seyogyanya P5 itu perlu pengembangan sikap siswa sesuai karakter profil pelajar pancasila.
Mulai dari awal menentukan tema mengajak peserta didik untuk ikut kontribusi memberikan ide dimana ini mencerminkan profil bernalar kritis dan kreatif, tapi dilapangan banyak guru malah menentukan, dan langsung menyuruh ke arah proses.
Padahal melihat dari indikator jam profil P5, itu tiga bulan pertama penuh dengan diskusi dan pengantar teori dan saling bertukar pikiran, Serta memantik nalar kritis siswa mengarah pada projek yang diambil dan kreatif.
Dalam proses berdiskusi,diharapkan siswa sudah berani memberikan ide ide apa saja berkaitan dengan projek yang diambil, itulah keberhasilan P5. Contoh , guru mengajak siswa mengambil tema kearifan lokal,
Pertanyaan pemantik,: ” Menurut kalian budaya kearifan lokal kita apa saja sih yang kalian tau?”,
“Pertanyaan ini menimbulkan rasa bernalar kritis siswa”, Goal nya timbullah nalar kritis. Jika siswa semua sudah berani memberikan ide, maka berhasil lah capaian profil nalar kritis, dan kreatif, Ini tujuannya,
Namun guru malah salah persepsi dengan langsung skip proses ini. malah bulan 10 atau 11 sudah melakukan pameran hasil, semua itu demi mengejar konteks produk tersebut.
Nah bila siswa mengambil topik makanan,: Kira kira makanan kearifan lokal apa ya yang kita ambil anak anak ? Ketan pak.
Kenapa harus ketan nak?
Kalau ketan apa makannya enak anak anak?
Kalau edisi kalian, mau bentuk apa sih jika dikondisikan kekinian? Apakah Packaging menarik menurut kalian.? seperti letak dibentukannya? atau bungkusannya? Sertakan alasan kalian.
Nah pemantik pemantik seperti inilah yang harus terus di munculkan namun kenyataannya malah nggak.
Bahkan pada satu pameran hasil karya anak anak mereka mengatakan ini hasil nempah dan beli, Terus dimana proses P5 nya????
Untuk profil kebhinekaan , gotong royong, diukur sewaktu siswa kerjakan prosesnya. Jika di kegiatan ada siswa melapor: pak, semuanya saya yang kerjakan”
Nah maka teman teman lainnya karakter bhinekaan dan gotong royong belum berkembang.
Nah kita guru segera memperbaiki. Libatkan dan panggil siswa siswa tersebut dengan melakukan pembagian tugas dan lain lain.
Makanya proses P5 itu ya emang setahun selesainya.
Ada lagi sekolah yang semua rata rata ambil tema demokrasi notabennya pemilihan osis, malah langsung ke proses pemilihan.
Padahal di sini kita menuntut mereka sampai bisa paham sistem demokrasi di indonesia.
Bisa pemantik:
Jika kita terapkan tema demokrasi anak anak, Apa yang kalian pahami tentang demokrasi? dimana sejarah demokrasi ini muncul pertama kali?
Ciri ciri negara buat sistem demokrasi apa sih yang kalian tau?
Selain Indonesia negara apa sih yang kalian tau pakai demokrasi?
Bahkan ternyata pemilu adalah ciri demokrasi Nah mari kita ulik sejarah pemilu di indonesia mulai penjelasan lahirnya demokrasi Sampai mereka paham
Lalu lanjut visitasi ke badan yang melaksanakan pemilu seperti KPU, melakukan pembelajaran seminar dan lain lain. Proses ini lah memunculkan profil
Nalar kritis, kreatif,Mandiri,Gotong royong,
Jika pemantik mengkaitkan dengan aqidah dengan tujuan memunculkan profil berketuhanan yang maha esa dan berakhlak
Mulia yakni untuk selalu jujur dan adil dalam sistem demokrasi dan lain lain..
Namun hal ini di skip banyak satuan pendidikan, Malah langsung ke produk dengan pemilihan ketua osis langsung.
Bapak Ibu, nikmati proses dalam
Projek P5. Saya tekankan, P5 goal utamanya bukan produk, tapi prosesnya siswa tumbuhkan semua karakter P5 dalam Projek P5 tersebut
Penulis :
Muhammad Rizky, S.Pd.,Gr.,C.ME.,C.LS.,C.SM.,
Adalah
– Kepala Sekolah SMA Unggul Cut Nyak Dhien Kota Langsa
– Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Langsa
– Ketua Ikatan Alumni FKIP Universitas Samudra